Suatu hari di bulan Juli tahun 1985. Ibuk ingin menamai cucunya Menur Seto, nama putri dalam salah satu dongeng Jawa. Mama tak setuju, kok kayak nama anak pak Seto. Lalu Ibuk bilang, bagaimana kalai dinamai seperti anak Pak Karno yang pandai menari di istana?
Mega. (tahun 1985 Megawati baru sampai tahap “anak Pak Karno yang pandai menari” belum “anggota DPR” atau “korban 27 Juli”)
Mama kemudian menemukan kata alfa dan omega. Bagaimana kalau Faomega? Maka anak ini akan menjadi sebuah kesatuan yang utuh, alfa hingga omega, awal dan akhir.
Kemudian Papa ingin anaknya dinamai seperti ibunya, Fatmah. Bagaimana kalau diambil suku kata pertamanya saja. Fa dan mega. Famega, bukankah itu juga akronim dari Fatmah megah?
Maka hiduplah anak itu dengan nama Famega.
ooo…
rupanya begitu ceritanya…
terus, sudah pernah ketemu sama putri pak karno yang pandai menari itu belum? hehehe
beberapa kali ketemu tapi udah nggak nari lagi sih :))
boleh juga sejarah namanya. paling suka dengerin asal muasal nama yang ga asal-asalan comot. karena nama orang dipakai terus-menerus…