3 Agustus 2013, Istanbul ke Edirne
Nenad seharusnya menjemput dengan mobil ke Istanbul. Tapi dua hari sebelum kedatanganku, dia kehilangan SIM-nya. Jadi dia tak bisa menyetir ke luar negeri karena akan diperiksa di Imigrasi. Pada akhir perjalanan nanti dia kesal sekali karena ternyata tidak ada seorangpun di perbatasan (kami melewati lebih dari 16 pos imigrasi) menanyakan tentang SIM. Hahaha.
Maka kami berangkat dari Istanbul menuju Serbia dengan hitchhiking. Terjemahannya menumpang kendaraan apa saja yang ditemui, tapi saya pakai kata hitchhiking saja, sepertinya lebih mewakili. Tujuan pertama, Edirne, kota di perbatasan Turki dan Bulgaria. Hitchhiking keluar dari Istanbul adalah hal yang sulit, menurut Nenad yang sudah berulang kali melakukannya. Soalnya, Istanbul besar sekali sehingga sulit mencari mobil yang pergi ke luar kota. Benarlah, sungguh sulit! Untuk jarak yang hanya 200 km, butuh 4 langkah:
1. Kami berjalan di tepi jalan sampai nggak sadar ternyata sudah masuk ke dalam tol! Waktu udah kebingungan apakah ada orang yang mau berhenti dan memberi tumpangan di tengah tol, tiba-tiba ada bis kota berhenti dan mengangkut kami, lalu ujug-ujug dibayari salah seorang penumpang lain. Bis itu lalu mengantar kami ke gerbang tol, tapi karena Turki sekarang memakai chip otomatis untuk bayar tol, jadi itu sebenarnya hanyalah sebuah gerbang kosong.
2. Sebuah mobil mengangkut kami, dua orang bapak-bapak setengah baya, yang akan pergi ke sebuah kota setelah Istanbul. Sampai di tujuan mereka, kami diturunkan di rest area di tengah tol.
3. Tak lama, ada satu sedan berhenti. Seorang bapak-bapak, satu tangan di setir, satu tangan memegang telepon. Dia memberi isyarat pada kami untuk masuk, lalu melanjutkan bicara lagi di telepon sambil menyetir. Dengan kecepatan 200 km per jam. Sepanjang perjalanan. 100 km kemudian (yang cuma 30 menit), dia memberi isyarat kalau dia belok kanan (kami lurus), lalu menurunkan kami… di tengah jalan tol. Hore di tengah jalan tol lagi! -_-
4. Lima menit kemudian saat kami masih foto-foto di jalan tol, berhentilah sebuah truk kontainer. Bapak tua yang ramah menyilakan kami masuk dan berkata dia akan melewati Edirne. Bapak ini tak bisa berbahasa inggris, tapi super ramah berbincang dengan bahasa isyarat. Truknya tak ber-AC, jadi sungguh panas di dalamnya, tapi masih lebih baik daripada kepanasan di tengah jalan tol.
Truk tidak melewati tol, tapi berbelok dan melewati jalan desa yang penuh dengan ladang bunga matahari. Sepanjang mata memandang isinya bunga matahari. Menakjubkan, tapi agak seram karena bagian tengah bunga mataharinya berwarna hitam, jadi seperti pasukan zombie. Kami juga melewati pedesaan yang nampak seperti desa di Solo, dengan traktor sebagai pengganti kerbau, terparkir di halaman.
Maka kamipun tiba di Edirne tepat pada saat matahari terbenam 🙂
hebat sampai hitchiking
Kak..saya boleh tanya gak? Waktu kk melewati ladang bunga matahari ,itu desa apa kak?