Dimuat di Rappler Indonesia 19:49, 30 April 2016
JAKARTA, Indonesia – Menyusuri goa vertikal dengan cara menuruni tebing setinggi belasan meter secara vertikal dengan tali mungkin terdengar bagai petualangan ala Indiana Jones. Saya sudah lama ingin mencobanya, tapi bagaimana mungkin? Rappeling kan butuh alat khusus, belum lagi perlu keterampilan dan kekuatan agar dapat turun dari tebing dengan selamat.
Bergaya ala Indiana Jones seperti itu bisa dilakukan di Goa Jomblang di Semanu, Wonosari, Yogyakarta. Goa ini baru terkenal sebagai tempat wisata beberapa tahun belakangan.
Sebelumnya, hanya para penjelajah dan pecinta alam yang tertarik menjelajahi goa yang mengetahui tempat ini. Mereka pun sudah profesional untuk naik-turun tebing.
Kini kita tidak perlu pusing memikirkan peralatan maupun logistik untuk masuk ke goa, karena semua sudah tersedia. Tiba di goa setelah perjalanan panjang dengan sepeda motor, petugas langsung menyodorkan sepatu bot dan helm, serta tali pengaman yang dipasang di badan.
Pertama-tama petugas akan memasang tali dan pengaman ke badan kita, lalu kita akan diturunkan dari tebing setinggi belasan meter. Menggantungkan nyawa pada seutas tali cukup membuat jantung berdetak lebih kencang, terutama saat pertama kali harus melepaskan pijakan kaki dari tepi tebing.
Kami pun tiba di hutan dan dalam beberapa meter tiba di mulut goa yang lebar dan terang benderang. Cahaya matahari perlahan menghilang saat kami berjalan menyusuri goa, sampai seluruh goa menjadi gelap gulita.
Setelah berjalan beberapa saat hanya dengan penerangan senter pemandu, nampaklah cahaya di ujung goa. Ujung perjalanan kami adalah dasar Luweng Grubug, goa vertikal setinggi kira-kira 90 meter.
Matahari yang menyinari mulut goa vertikal menciptakan garis-garis cahaya yang sangat indah, seperti dari surga. Garis cahaya ini hanya muncul hingga tengah hari, jadi sebaiknya datang sebelum tengah hari.
Dasar goa vertikal ini cukup luas, tapi berupa tebing yang dikelilingi aliran sungai bawah tanah. Permukaan tanahnya berlumpur, tapi untunglah kaki telah terlindungi sepatu bot.
Para pengunjung bergantian berfoto dengan garis-garis cahaya, dipandu oleh petugas yang mengingatkan agar pengunjung tidak memanjat bebatuan dengan sepatu karena akan merusak batu-batu yang telah dibentuk oleh alam selama ratusan tahun.
Seperti dasar goanya yang gelap, Luweng Grubug menyimpan sejarah kelam. Tempat ini adalah lokasi pembuangan jenazah korban pembantaian 1965. Mayat para korban dilemparkan dari atas Luweng dan hilang ditelan sungai bawah tanah yang mengalir di dalamnya.
Pemandu kami membenarkan cerita tersebut.
“Setiap tahun pasti ada saja yang datang untuk mendoakan keluarga mereka yang hilang,†kata dia.
Sembari menikmati keindahan alam goa, jika kamu sempat mengunjungi goa ini, tak ada salahnya kita mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang mereka.
Dalam perjalanan kembali ke atas, kami dikerek ke atas dengan tali.
Sampai di atas, kami baru tahu bahwa bukan mesin yang menarik kami ke atas, tapi barisan warga desa setempat yang menarik tali seperti dalam lomba tarik tambang.
Berikut beberapa informasi yang kamu butuhkan jika ingin mengunjungi Goa Jomblang:
a. Biaya:
Rp 450.000 (sudah termasuk, guide, alat masuk ke goa, helm, sepatu bot, asuransi dan makan siang)
b. Cara ke lokasi: Lokasi menuju ke Goa Jomblang agak sulit dicari, jadi sebaiknya ikut saja lokasi ini di Google Maps kamu.
Kamu bisa langsung berangkat, tidak perlu memesan tempat terlebih dahulu. Sebaiknya berangkat dari Jogja pukul 07.30 (tidak ada angkutan umum untuk masuk dari jalan besar ke lokasi, jadi sebaiknya datang dengan mobil atau motor pribadi).
Kamu akan tiba pukul 09.30 dan dapat segera masuk ke goa. Jangan sampai kesiangan karena setelah pukul 13.00, sinar matahari tidak lagi masuk tegak lurus ke dalam goa.
Selamat bertualang ya! —Rappler.com